Teknologi informasi sangat membutuhkan Infrastruktur yang berkinerja tinggi dan selalu tersedia setiap saat. Untuk mendapatkan kedua hal tersebut kita membutuhkan metode penyiapan, pemeliharaan serta modifikasi infrastruktur yang tepat. Salah satu diantara banyak solusi untuk mengelola infrasktruktur TI tersebut adalah Ansible.

Dikutip dari laman Wikipedia mengenai Ansible ini, mengatakan bahwa Ansible merupakan sebuah solusi “Infrastructure as Code”. Infrastructure as Code sendiri sepertinya namanya memosisikan konfigurasi infrastruktur sebagai kode program yang terstruktur sedemikian rupa atau terdeklarasi dengan struktur baku yang sudah disepakati.

Hal ini memungkinkan proses pembangunan infrastruktur TI yang notabene dibangun di atas Hardware (Baremetal Server) atau Software (Virtual Machine) dapat dilakukan dengan rapih, konsisten dan minim kesalahan. Konsistensi dan minimnya kesalah dapat dicapai karena proses penyiapan dan modifikasi infrastruktur tersebut tidak dilakukan manual oleh interfensi manusia (non interaktif) melainkan melalui deklarasi-deklarasi yang telah dibuat.

Dalam terminologi Infrastructure as Code (IAC) terdapat dua metode yang umum dipakai, yaitu “Push” dan “Pull“. Push atau dalam bahasa indonesia berarti dorong secara harfiah mendorong perubahan-perubahan konfigurasi dari satu pusat komando ke berbagai elemen infrastruktur seperti Server, Switch, Firewall dan lain sebagainya. Sementara “Pull” seperti artinya yaitu menarik, akan secara berkala menarik perubahaan dari pusat komando ke elemen insfrastruktur.

Ansible sendiri menggunakan metode Push untuk menerapkan perubaan pengaturan nya ke infrasktruktur. Selain Push/Pull tadi, IAC masih dibagi lagi atas dasar apakah pusat komando membutuhkan client khusus atau tidak. Ansible tidak membutuhkan client khusus untuk dapat menerapkan perubahan pengaturan infrastruktur. Ansible hanya membutuhkan akses SSH saja, hal ini adalah salah satu alasan kenapa Ansible ini banyak diadopsi oleh berbagai organisasi dari yang beskala kecil hingga besar.

Salah satu organisasi tersebut adalah kami PT. ARMSolusi ini. Kami memanfaatkan Ansible untuk membangun infrastruktur yang menjalankan produk kami yaitu Coofis di beberapa klien terkemuka seperti PT. Telkom, Tbk , PT. Pegadaian – Persero dan PT. POS Indonesia.

Lanjut di bagian ke dua dari tulisan ini


Avatar photo

Bramandityo Prabowo

Suka makan dan tentu saja suka masak. Tertarik dengan Functional Programing, Distributed System, Network Security, Operating System Customization, Virtualization dan NoSQL. Language of choices nya adalah Python, Bash, Go, Erlang, Nimlang. Rust dan Ocaml.